Beberapa tahun terakhir ini kita bisa temui dan bahkan alami sendiri secara langsung berbagai euforia terkait naik daunnya isu entrepreneurship
. Di satu sisi, fenomena ini patut diapresiasi karena muncul animo dari
masyarakat luas mengenai entrepreneurship, bahwa inilah jalan yang
mereka bisa tempuh untuk mencapai kesejahteraan dan kemandirian dalam
kehidupan. Akan tetapi di sisi
lain, kita juga makin miris dengan merebaknya asumsi bahwa entrepreneurship adalah cara kaya instan. Pernahkah kita temui anak-anak muda dengan harapan muluk-muluk menjadi mapan di usia muda dan berpenghasilan fantastis di berbagai kontes startup atau event wirausaha? Pastinya ada. Padahal mereka belum mengerahkan upaya dan pengorbanan maksimal sebagai entrepreneur . Lalu apa yang akan terjadi saat harapan itu tak kunjung nyata? Tentu mereka kembali menjadi karyawan bukan?
lain, kita juga makin miris dengan merebaknya asumsi bahwa entrepreneurship adalah cara kaya instan. Pernahkah kita temui anak-anak muda dengan harapan muluk-muluk menjadi mapan di usia muda dan berpenghasilan fantastis di berbagai kontes startup atau event wirausaha? Pastinya ada. Padahal mereka belum mengerahkan upaya dan pengorbanan maksimal sebagai entrepreneur . Lalu apa yang akan terjadi saat harapan itu tak kunjung nyata? Tentu mereka kembali menjadi karyawan bukan?
Ada
baiknya kita menyisihkan waktu di awal minggu ini untuk sekadar
mengoreksi diri: Apakah cara pandang kita sudah tepat mengenai
entrepreneurship? Jika belum, bisa jadi itulah yang membuat kita tak
kunjung sampai di tujuan.
Pahami
entrepreneurship sebagai sebuah bidang profesi. Terlepas dari mitos
bahwa entrepreneurship merupakan talenta yang hanya dimiliki sekelompok
orang, kita perlu juga merombak pemikiran dengan menerapkan pendekatan
seperti layaknya sebuah profesi. Entrepreneurship juga bisa menjadi
topik studi yang serius dan membutuhkan waktu dan latihan serta
pengalaman yang demikian lama untuk mencapai kesempurnaan. Tentu saja
akan selalu ada jalan bagi yang memiliki tekad. Dan ini berlaku untuk
semua profesi termasuk entrepreneur. Kenyataannya ialah bahwa ada
orang-orang yang sangat berbakat sehingga mereka adalah pengecualian
yang berlaku dalam berbagai bidang. Entah Anda bergerak di bidang
wirausaha, ilmu bedah, teknik, musik, atau apapun itu, akan selalu ada
orang-orang berbakat seperti ini yang tampak tidak berupaya sekeras Anda
tetapi mencapai hasil luar biasa dibandingkan pencapaian rata-rata.
Dan
tentu saja semua perlu memahami entrerpeneur seabagai profesi yang
dihargai secara layak, bukan sebuah cara jadi kaya instan. Bersama-sama
kita harus mengakhiri mentalitas ‘lotere’ dan beralih menuju pendekatan
akademis dan empiris untuk membuat entrepreneurship menjadi lebih nyata
dan realistis karena disajikan sebagai rentetan berbagai proses yang
membutuhkan ketelatenan, kesabaran dan tekad tinggi.
Sebagian
orang dengan optimisme buta rela mengorbankan tabungan hari tua mereka,
berhenti dari pekerjaan yang selama ini memberikan penghidupan pada
keluarga dan dirinya sendiri, dan sebagainya. Tak ada yang salah dengan
semua pengorbanan itu, tetapi mentalitas lotere yang membayangi semua
itu dapat menjadi bumerang yang menyakitkan.
Sumber:
http://www.eciputra.com/berita-2341-entrepreneur-itu-profesi-bukan-cara-jadi-kaya-instan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar