27 Feb 2013

Entrepreneur Itu Profesi, Bukan Cara Jadi Kaya Instan

Beberapa tahun terakhir ini kita bisa temui dan bahkan alami sendiri secara langsung berbagai euforia terkait naik daunnya isu entrepreneurship . Di satu sisi, fenomena ini patut diapresiasi karena muncul animo dari masyarakat luas mengenai entrepreneurship, bahwa inilah jalan yang mereka bisa tempuh untuk mencapai kesejahteraan dan kemandirian dalam kehidupan. Akan tetapi di sisi
lain, kita juga makin miris dengan merebaknya asumsi bahwa entrepreneurship adalah cara kaya instan. Pernahkah kita temui anak-anak muda dengan harapan muluk-muluk menjadi mapan di usia muda dan berpenghasilan fantastis di berbagai kontes startup atau event wirausaha? Pastinya ada. Padahal mereka belum mengerahkan upaya dan pengorbanan maksimal sebagai entrepreneur . Lalu apa yang akan terjadi saat harapan itu tak kunjung nyata? Tentu mereka kembali menjadi karyawan bukan?



Ada baiknya kita menyisihkan waktu di awal minggu ini untuk sekadar mengoreksi diri: Apakah cara pandang kita sudah tepat mengenai entrepreneurship? Jika belum, bisa jadi itulah yang membuat kita tak kunjung sampai di tujuan.

Pahami entrepreneurship sebagai sebuah bidang profesi. Terlepas dari mitos bahwa entrepreneurship merupakan talenta yang hanya dimiliki sekelompok orang, kita perlu juga merombak pemikiran dengan menerapkan pendekatan seperti layaknya sebuah profesi. Entrepreneurship juga bisa menjadi topik studi yang serius dan membutuhkan waktu dan latihan serta pengalaman yang demikian lama untuk mencapai kesempurnaan. Tentu saja akan selalu ada jalan bagi yang memiliki tekad. Dan ini berlaku untuk semua profesi termasuk entrepreneur. Kenyataannya ialah bahwa ada orang-orang yang sangat berbakat sehingga mereka adalah pengecualian yang berlaku dalam berbagai bidang. Entah Anda bergerak di bidang wirausaha, ilmu bedah, teknik, musik, atau apapun itu, akan selalu ada orang-orang berbakat seperti ini yang tampak tidak berupaya sekeras Anda tetapi mencapai hasil luar biasa dibandingkan pencapaian rata-rata.

Dan tentu saja semua perlu memahami entrerpeneur seabagai profesi yang dihargai secara layak, bukan sebuah cara jadi kaya instan.  Bersama-sama kita harus mengakhiri mentalitas ‘lotere’ dan beralih menuju pendekatan akademis dan empiris untuk membuat entrepreneurship menjadi lebih nyata dan realistis karena disajikan sebagai rentetan berbagai proses yang membutuhkan ketelatenan, kesabaran dan tekad tinggi.

Sebagian orang dengan optimisme buta rela mengorbankan tabungan hari tua mereka, berhenti dari pekerjaan yang selama ini memberikan penghidupan pada keluarga dan dirinya sendiri, dan sebagainya. Tak ada yang salah dengan semua pengorbanan itu, tetapi mentalitas lotere yang membayangi semua itu dapat menjadi bumerang yang menyakitkan.

Sumber:
http://www.eciputra.com/berita-2341-entrepreneur-itu-profesi-bukan-cara-jadi-kaya-instan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar